Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Segenggam tanah Kuburan

Segenggam Tanah Kuburan* Karya: Kuntowijoyo Inilah tempat dia mengambil tanah. Dirabanya kantong di pinggang, talinya melilit lingkaran perutnya. Sebentar angin menerpa di tempat terbuka itu, menyentuh baju dan celana hitamnya yang longgar, kemudian menimpa gelagah, suara keresak yang menjauh. Ada suara anjing melolong di kejauhan. Laki-laki itu melihat anjingnya menegakkan telinga, moncongnya mengarah ke suara itu, sementara ujung ekornya bergerak-gerak. “Ssst, jangan disahut.” Dia tahu, kalau Kliwon menyahut, akan datang anjing berama-rami, dan mulailah keributan. Itu akan menggagalkan pekerjaannya. Tentu karena anjing akan lebih suka pada betina daripada tuannya. Dia mendaki dengan merangkak-rangkak, hanya rerumputan yang menutup tanah itu. Sekali-kali tanganyya mencabut rumputan dari akarnya. Bajunya menyentuh rumput, dan dingin tanah terasa di perutnya. Anjing itu telah berdiri di sana, di alas gumuk. Juga dia sendiri, sebentar kemudian. Anjing itu mendekam, lalu dia send...